VRU (8/10) MENGAPA MEDITASI TERLIHAT ANEH BAGI ORANG, APALAGI PENCAPAIANNYA?? | Bhikkhu Santacitto

Video ini merupakan Uraian pendahuluan (8/10) Vipassana Retreat Umum Batch 4, pada 7-12 April 2024, di Dhammadipa Meditation Centre oleh Bhikkhu Santacitto.
Pada Video ini, membahas tentang beberapa pertanyaan penting sebagai berikut:
1. Manakah karma yang lebih besar antara ucapan, perbuatan atau pikiran?
2. Mengapa terkadang kalau kita melakukan kebaikan, kita dianggap aneh oleh banyak orang?
3. Apakah keterjagaan batin termasuk pengembangan perhatian penuh (sati) atau konsentrasi (samadhi)?
4. Apakah pencapaian Sotapana atau tingkat kesucian pertama memungkinkan bagi perumahtangga saat ini, sementara kita melakukan pengembangan batin ini secara on & off?
5. Apakah sakit fisik, hal yang tidak nyaman termasuk dalam kotoran batin? dan apakah perlu dicari tahu setiap penyebabnya?
Simak video ini untuk mengetahui jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut sebagai pendukung pelatihan meditasi anda!

Пікірлер: 17

  • @afanagusto6270
    @afanagusto627021 күн бұрын

    Saya sangat percaya di jaman modern ini untuk mencapai sotapana, sangat memungkinkan sekalipun itu perumahan tangga, saya juga yakin sudah ada beberapa sotapanna di luar sana. Memahami 4 kebenaran mulia, menjalankan jalan mulia berunsur 8, dan melakukan pengembangan batin hingga bertambah nya kebijaksanaan dan keseimbangan batin.. Tetap semangat dan yakinlah pintu menuju sotapatti magga dan phala perlahan2 akan terlihat.. Bahkan bukan tidak mungkin mencapai sakadagami, anagami, hingga arahat.. Selama ada dhamma dan sangha di dunia ini, semua pasti bisa💪🙏😇😇😇

  • @agungsragen9955
    @agungsragen995519 күн бұрын

    I love u full banthe

  • @yodhajiva
    @yodhajiva21 күн бұрын

    13:59 Buddha pernah bilang kalau Dhamma itu memang sering kali *melawan dunia* ya Bhante, sādhu 🙏

  • @liliksupiani8091
    @liliksupiani809122 күн бұрын

    🙏🙏🙏Sadhu.... Sadhu.... Sadhu.... Semoga semua mahluk berbahagia🙏🙏🙏

  • @jom.a.md.s.h.2206
    @jom.a.md.s.h.220621 күн бұрын

    Anumodana, Bhante Santacitto, Ph.D., 🙏🙏🙏

  • @ainihuang4509
    @ainihuang450921 күн бұрын

    Sy dr agama tetangga. Mrk punya persepsi meditasi itu mengosongkan pikiran. Jd bs sj ada yg msk, jin atau apa aza

  • @yodhajiva
    @yodhajiva21 күн бұрын

    Vandāmi Bhante, kenapa di sini Bhante menunjuk kepala ketika mengucap kata “batin”? Bukankah landasan indra dari batin adalah landasan-jantung (hadayavatthu)? Ataukah peran dari landasan tersebut hanya sekadar seperti landasan-mata, pikiran dari hasil landasan tsb tetap diproses di otak, meskipun indranya mata?🙏

  • @afanagusto6270

    @afanagusto6270

    21 күн бұрын

    Batin: Perasaan dari kepala Persepsi dari kepala Bentukan pikiran dari kepala Kesadaran dari kepala. 😊🙏

  • @yodhajiva

    @yodhajiva

    21 күн бұрын

    @@afanagusto6270 Kalau vedanā, saññā, saṅkhāra, dan viññāṇa semuanya dari kepala, lantas apa fungsi dari hadaya-vatthu sbg vatthu dari indra batin (mana)? Dalam landasan lainnya seperti cakkhu, sota, ghāna, jivhā, dan kāya, terjadi kontak (phassa) antara objek indra (rūpa, suara, bau, dll.) dengan landasan-landasan tersebut. Bagaimana dengan landasan untuk indra batin (mana)?

  • @afanagusto6270

    @afanagusto6270

    21 күн бұрын

    @@yodhajiva Sepengetahuan saya, indera ke enam itu adalah fikiran bukan batin. Setelah saya searching hadaya-vatthu ini, abhidhamma pitaka bahkan tidak ada landasan yang di lokalisasi. sebuah fakta yang tampaknya pertama kali ditemukan oleh Shwe Zan Aung (Compendium of Philosophy, hal. 277ff.). Di Jalan. yang berulang kali kita temukan hanyalah penggalan: “Benda material yang berdasarkan pada mana unsur pikiran dan unsur kesadaran pikiran berfungsi” ( yam rūpam nissāya manodhātu ca manoviññānadhātu ca vattanti, tam rūpam ). Indera mata = rupa Indera telinga =suara Indera hidung = bau Indera jasmani = setuhan2 Indera lidah = rasa Indera fikiran = dhamma (objek2 yg timbul di dlm pikiran) Kalau salah silahkan di kaji lagi, saya juga masih terus belajar mendalami dhamma 😊 🙏

  • @yodhajiva

    @yodhajiva

    20 күн бұрын

    @@afanagusto6270 Pada penelitian terbaru Februari 2024, dikutip “It has been found that the heart comprises an intrinsic neural system that contributes not only to the decision-making process but also the short-term and long-term memory. There are approximately 40,000 cells present in the heart known as sensory neurites which play a vital role in memory transfer.” (www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10896837/#:~:text=It%20has%20been%20found%20that,vital%20role%20in%20memory%20transfer.) Di buku Abhidhamma oleh N.K.G Mendis (2006): "The heart or mind-base element (hadaya vatthu): in the Buddha's time the view was held that the heart forms the seat of consciousness. The Buddha never accepted or rejected this theory. He referred to the basis of consciousness indirectly as: ya.m ruupa.m nissaaya - "that material thing depending on which mind-element and mind-consciousness-element arise." Since mind and matter are inter-dependent, it is reasonable to conclude that by the phrase "that material thing" the Buddha intended any tissue in the body that can function as a basis for consciousness, except those serving as the basis for sensory consciousness. We can understand it as the living nerve cell." Sangat mungkin hadaya-vatthu yang dimaksud adalah bagian jantung tersebut, seperti sensitivitas-mata sbg landasan-mata (cakkhu-vatthu) sekarang yang sering diinterpretasikan sebagai retina.

  • @yodhajiva

    @yodhajiva

    20 күн бұрын

    ​​​​​​​​​@@afanagusto6270 Definisi apa yang Anda gunakan untuk "pikiran" dan "batin"? Saya mendefinisikan "batin" sebagai kata Pāḷi "mana" atau "nāma" yang sinonim. Pada konteks sutta, kata “batin” di sini mewakili “nāma” pada “nāmarūpa". Pada konteks Abhidhamma, kata “batin” mewakili 89/121 citta dan 52 cetasika ☺️🙏 Meskipun dalam hubungannya dengan hadaya-vatthu, kata “mana” secara spesifik didefinisikan sebagai bhavaṅga-citta. Penggunaan kata “pikiran”, “batin”, dan “hati” memang sering bermasalah dalam penafsiran Buddhisme Theravāda. Di terjemahan terbaru versi DBS untuk Dhammapada 183, digunakan “Tidak melakukan segala jenis kejahatan, mengerjakan perbuatan yang baik. Membersihkan batin sendiri, itu adalah Ajaran para Buddha.” (hanya batin), bukan “Sucikan hati dan pikiran” (yang seolah-olah ada dua entitas berbeda). Intinya, padanan bahasa Indonesia “hati”, “batin”, atau “pikiran” merujuk ke padanan bahasa Inggris “heart” atau “mind” yang merujuk ke bahasa Pāḷi “mana” atau “nāma”. Sama saja, ketiganya sinonim. "Hadayavatthu" memang tidak muncul di semua kitab, alasannya untuk menghindari kerancuan perbedaan (menjaga konsistensi). Di suatu sumber, ditulis "The heart or mind-base element (hadaya vatthu): in the Buddha's time the view was held that the heart forms the seat of consciousness. The Buddha never accepted or rejected this theory. He referred to the basis of consciousness indirectly as: ya.m ruupa.m nissaaya - "that material thing depending on which mind-element and mind-consciousness-element arise." Since mind and matter are inter-dependent, it is reasonable to conclude that by the phrase "that material thing" the Buddha intended any tissue in the body that can function as a basis for consciousness, except those serving as the basis for sensory consciousness. We can understand it as the living nerve cell." Jadi, perbedaan jumlah rūpa ini ada karena hadayavatthu baru dijelaskan di Visuddhimagga, tetapi tidak di kitab sebelumnya. Di kitab sebelumnya, hanya digunakan istilah “vatthu” (tanpa istilah “hadaya”) pada padanan “vatthusannissita” (bergantung pada landasan). Intinya, ini merujuk ke landasan untuk batin. Sekarang keluar dari teks kitab, ini pendapat pribadi saja, kalau kita lihat beberapa penelitian modern sahih (pubmed), juga dapat ditemukan bahwa jantung juga memiliki nerve cell sendiri (seperti “otak kecil”) yang memiliki kemiripan dengan nerve cell di otak. Bisa jadi bagian ini yang dimaksudkan oleh Buddha sebagai landasan-jantung (hadayavatthu), yaitu landasan materi untuk batin, selayaknya retina yang sering diinterpretasikan sebagai landasan-mata ☺️🙏 Secara pribadi, saya menafsirkan hadayavatthu sebagai bagian jantung tersebut. Kendati begitu, otak tetap berperan sebagai pusat memori dan kontrol keenam indra: mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan batin (di jantung). Tambahan menarik, mengingat “mana” (batin) yang memiliki hadaya-vatthu sebagai landasan juga didefinisikan secara spesifik sebagai “bhavaṅga citta”: “One may wonder whether bhavanga-cittas often arise. There must be countless bhavanga-cittas arising at those moments when there are no sense-impressions, no thinking, no akusala cittas or kusala cittas. When we are asleep and dreaming there are akusala cittas or kusala cittas, but even when we are in a dreamless sleep, there still has to be citta. There are bhavanga-cittas at these moments. Also when we are awake there are countless bhavanga-cittas arising; they arise in between the different processes of citta. It seems that hearing, for example, can arise very shortly after seeing, but in reality there are different processes of citta and in between these processes there are bhavanga-cittas.” (Nina van Gorkom, 2000). So, tanpa landasan-jantung, tidak mungkin bisa ada batin, meskipun ada otak ☺️🙏