Tutorial Busana Anak - Kencongan

Dalam tradisi berbusana di lingkungan Keraton Yogyakarta, terdapat pakaian adat yang diperuntukan khusus bagi anak-anak, yaitu Kencongan dan Sabukwala. Kencongan digunakan oleh anak laki-laki, sedangkan Sabukwala digunakan oleh anak perempuan. Kedua busana ini tidak hanya digunakan oleh Putra Dalem (putra/putri Sultan) atau Wayah Dalem (cucu Sultan), tetapi juga oleh anak-anak Abdi Dalem yang ikut sowan-marak ke keraton. Busana Kencongan dan Sabukwala terbilang sederhana dan praktis untuk dikenakan. Hal ini bertujuan agar anak tetap leluasa untuk bergerak, bermain, dan beraktivitas.
Busana Kencongan terdiri dari: jarik/kain, lonthong, kamus timang berwarna hitam polos dan pranakan telupat biru. Cara pemakaian, pertama-tama menggunakan jarik/kain yang dililitkan dari paha kanan lalu ke paha kiri, kemudian kain dilingkarkan sampai belakang. Gunakan tali untuk mengunci lilitan kain. Pada sisa kain di sisi kiri, dilipat-lipat lalu diarahkan ke depan. Lipatan kain kemudian diselipkan pada tali bagian depan. Selanjutnya adalah menggunakan lonthong sesuai dengan arah pemakaian kain. Lonthong ini berfungsi untuk mengunci kembali lilitan kain agar tidak rusak. Komponen selanjutnya yaitu menggunakan kamus timang yang dililitkan di atas lonthong. Terakhir mengenakan baju pranakan. Sisa pranakan bagian bawah lalu diselipkan pada lipatan lonthong bagian bawah. Tidak menggunakan ikat kepala/ blangkon.
Pelestarian dan sosialisasi perlu dilakukan guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan keragaman budaya, salah satunya adalah pakaian adat bagi anak-anak. Pakaian Kencongan dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan kecintaan dan kebangaan anak-anak pada kebudayaan Jawa. Pelestarian ini bukan saja menjadi tanggung jawab Keraton Yogyakarta, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat khususnya di Yogyakarta.

Пікірлер: 52

    Келесі