Buddhiswar Boro masih remaja ketika dia mulai berburu gajah dan badak untuk dijual belalai dan culanya sebagai mata pencahariannya. Pada tahun 80-an ia bergabung dengan revolusi politik, mendapatkan senjata, dan mulai menyelundupkan gading dan tanduk yang tak terhitung jumlahnya dari India ke Bhutan.
Masa remaja yang sangat bergejolak selama puncak Gerakan Pembebasan Bodo dan kekerasan, pelanggaran hukum dan pengangguran adalah keadaan di mana Boro menjadi bagian dari perdagangan hewan liar yang jahat. Dia menyerahkan senjata pada tahun 2003 setelah pembentukan Dewan Wilayah Bodoland - sebuah wilayah otonom di India. Ini juga menandai berakhirnya dua dekade pemberontakan dan kekerasan di area Assam.
Boro dan kawannya yang lain diberi penyuluhan untuk menggunakan pengetahuan mendalam mereka tentang hutan di Assam dan satwa liar mereka untuk membantu melestarikan dan melindungi mereka. Sejak Boro kehilangan salah satu tangannya saat berburu bertahun-tahun yang lalu, dia bekerja sebagai petugas patroli dan pemandu di dalam Taman Nasional Manas.
Dia bercerita kepada VICE WORLD NEWS mengapa dia meninggalkan kehidupan itu untuk menjadi pelindung satwa liar di hutan tempat dia berburu selama beberapa dekade.
Video, artikel sehari-hari, dan lebih banyak lagi: vice.com/id
Like VICE Indonesia di Facebook: VICEID
Follow VICE Indonesia di Twitter: / vice_id
Follow kami di Instagram: / viceind